Di tengah derasnya kemajuan teknologi medis dan canggihnya prosedur klinis, terselip satu tindakan sederhana namun memiliki dampak luar biasa: mencuci tangan. Di RSUD dr. M. Haulussy Ambon, praktik kebersihan tangan bukan hanya rutinitas, melainkan fondasi dari budaya keselamatan pasien.
Mengapa Kebersihan Tangan Menjadi Prioritas?
Tangan adalah alat kerja utama dalam pelayanan kesehatan. Namun, ia juga menjadi media paling umum dalam transmisi mikroorganisme patogen. Penelitian global menunjukkan bahwa sekitar 30-70% infeksi terkait pelayanan kesehatan (HAIs) dapat dicegah dengan penerapan kebersihan tangan yang baik, tergantung pada jenis intervensi dan konteks lokal (WHO, 2021).
World Health Organization (WHO) menekankan bahwa kebersihan tangan adalah langkah paling efektif dan hemat biaya dalam mencegah penyebaran infeksi. Terhadap pasien, nakes, nakes lainnya, pengunjung, maupun semua orang yang berada dalam lingkungan pelayanan rawat inap, ataupun rawat jalan di RSUD dr. M. Haulussy Ambon.
Oleh karena itu, RSUD dr. M. Haulussy Ambon menjadikan hal ini sebagai prioritas utama dalam program PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi).
Fakta Ilmiah: Cuci Tangan Menyelamatkan Jutaan Nyawa
Praktik kebersihan tangan telah terbukti secara ilmiah sebagai langkah pencegahan yang sangat efektif dalam memutuskan mata rantai infeksi. Beberapa data penting berikut menegaskan betapa besar dampaknya:
- WHO (2020) melaporkan bahwa peningkatan kepatuhan kebersihan tangan dapat menurunkan angka infeksi terkait pelayanan kesehatan sebesar 40-50%.
- Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyatakan bahwa cuci tangan dengan sabun dapat menurunkan kejadian diare sebesar 30-40% dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) hingga 20%.
- Studi pada rumah sakit dengan implementasi program intensif kebersihan tangan menunjukkan penurunan angka HAIs hingga 30-70%, khususnya di unit perawatan intensif.
- Sebuah publikasi dalam The Lancet Infectious Diseases (2018) melaporkan bahwa setiap peningkatan 10% dalam kepatuhan kebersihan tangan dikaitkan dengan penurunan insidensi infeksi Clostridium difficile dan infeksi aliran darah hingga 15%.
Selain berdampak langsung pada pasien, praktik ini juga melindungi tenaga kesehatan. Dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah interaksi pasien, risiko terpapar penyakit menular seperti hepatitis B, HIV, dan tuberkulosis dapat berkurang secara signifikan.
Lima Momen Kebersihan Tangan: Pedoman Emas WHO
Salah satu pedoman penting yang diterapkan di seluruh unit pelayanan adalah "5 Moments for Hand Hygiene" dari WHO:
1. Sebelum menyentuh pasien
2. Sebelum tindakan aseptik
3. Setelah risiko terpapar cairan tubuh
4. Setelah menyentuh pasien
5. Setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien
Setiap tenaga kesehatan baik dokter, perawat, bidan, nakes lainnya sampai kepada cleaning service dilatih dan diingatkan untuk menjadikan lima momen ini sebagai refleks kerja harian dan melakukan kebersihan tangan sesuai dengan langkah-langkah yang telah di tetapkan oleh WHO (2 cara yaitu: hand wash dan handrub dengan 6 langkah).
Transformasi Budaya: Dari Instruksi Menjadi Kebiasaan
Membangun budaya kebersihan tangan bukan hanya soal menyediakan fasilitas, tetapi juga menyentuh hati nurani profesi. Di RSUD dr. M. Haulussy Ambon, upaya transformasi budaya dilakukan melalui:
- Pelatihan berkala lintas profesi, dengan pendekatan edukatif dan inspiratif.
- Kampanye visual: poster di setiap ruangan, spanduk edukasi, hingga video animasi di ruang tunggu.
- Auditor kebersihan tangan, yang secara rutin melakukan observasi dan memberikan umpan balik konstruktif.
- Pemberian penghargaan kepada unit yang paling patuh, menciptakan semangat kompetisi sehat.
“Kebersihan tangan bukan hanya kewajiban medis, tapi juga bentuk penghormatan kita terhadap martabat pasien,” ungkap dr. Novita E. Nikijuluw sebagai Direktur RSUD dr. M. Haulussy Ambon.
Fasilitas yang Mendukung: Ketersediaan adalah Kunci Kepatuhan
Komitmen manajemen RSUD dr. M. Haulussy Ambon tercermin dalam penyediaan fasilitas yang memadai:
- Wastafel ergonomis tersedia di setiap titik strategis.
- Handrub berbasis alkohol ditempatkan di pintu kamar pasien, nurse station, dan area tindakan.
- Sabun cair, dan tisu tersedia oleh unit logistik.
Unit logistik bekerja sama erat dengan Komite PPI untuk memastikan bahwa fasilitas kebersihan tangan tidak kosong, karena kesenjangan sekecil apa pun bisa berisiko besar.
Tantangan dan Solusi
Tentu, perjalanan membangun kepatuhan kebersihan tangan tidak selalu mudah. Beberapa tantangan yang dihadapi antara lain:
- Lupa atau terburu-buru saat beban kerja tinggi.
- Kulit tangan kering akibat penggunaan handrub berulang.
- Kurangnya kepatuhan Nakes dalam melakukan kebersihan tangan, sesuai dengan prinsip-prinsip PPI
Solusi yang dilakukan meliputi:
- Penempatan "reminder point" visual di lokasi rawan lupa.
- Pengadaan handrub dengan emollient untuk menjaga kesehatan kulit.
- Edukasi yang menyentuh aspek etika dan spiritual: menjaga tangan tetap bersih sebagai bentuk kasih dan tanggung jawab terhadap kehidupan pasien.
Mengubah Sentuhan Menjadi Keselamatan
Kita semua tahu bahwa tangan adalah simbol kasih dalam pelayanan medis: menyentuh bahu pasien dengan empati, menyalurkan infus, menenangkan tangisan anak yang sakit. Tapi tangan juga bisa menjadi tempat bersarangnya kuman dan penyakit, jika tak melakukan kebersihan tangan dengan baik dan benar sesuai prinsip-prinsip PPI dalam kesadaran untuk pencegahan.
Praktik kebersihan tangan adalah tindakan suci ia bukan sekadar prosedur, tetapi juga bentuk doa diam-diam, bahwa setiap sentuhan membawa harapan, bukan ancaman.
Penutup: Dari Kesadaran Individu Menuju Gerakan Kolektif
Penerapan praktik kebersihan tangan telah dan akan terus menjadi fondasi dari program PPI di RSUD dr. M. Haulussy Ambon. Ketika seluruh tenaga kesehatan, staf pendukung, dan manajemen menjadikannya sebagai suatu kebiasaan, maka kita bukan hanya mencegah infeksi; kita sedang melindungi hidup, menjaga harapan, dan menegakkan martabat profesi kesehatan.
Mari jadikan tangan kita bukan hanya alat kerja, tetapi juga simbol kasih sayang, penjaga kehidupan, dan benteng pertama dari setiap infeksi yang bisa dicegah.
Tentang Penulis:
* IPCN & Anggota Komite PPI.
** Asesor Internal Akreditasi RS.