hero-header

RSUD dr. M. Haulussy Ambon

Luka Psikologis pada Anak Akibat KDRT di Rumah

/ Nur Ria Handayani, S.Psi, M.Psi, Psikolog / 06 - 01 - 2025
whatsapp


Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) atau kekerasan domestik merupakan tindakan kekerasan, baik secara fisik, psikologis/emosional, maupun seksual, yang terjadi di lingkungan rumah. Kekerasan ini biasanya bertujuan untuk memperoleh kekuasaan dan kendali atas pasangan.  


KDRT, seperti penyiksaan fisik, pelecehan emosional, dan bentuk kekerasan lainnya, tidak hanya berdampak buruk bagi korban utama, tetapi juga dapat memberikan dampak serius bagi anak-anak yang menjadi saksi. Jenis kekerasan yang sering terjadi antara suami-istri atau anggota keluarga lainnya ini dapat meninggalkan luka psikologis mendalam pada anak-anak.  


Berikut adalah beberapa dampak psikologis KDRT pada anak:  


1. Menyebabkan Kecemasan

Anak-anak yang menyaksikan KDRT cenderung merasa gelisah dan tidak tenang. Kekerasan yang dilakukan salah satu orang tua terhadap yang lain dapat membuat anak hidup dalam ketakutan setiap hari, tidak tahu kapan serangan fisik atau verbal berikutnya akan terjadi.  


2. Merasa Tidak Aman dan Sulit Memercayai Orang Lain 

Melihat kekerasan di lingkungan terdekat dapat membuat anak merasa terancam dan tidak aman. Anak-anak ini sering membangun persepsi bahwa dunia di sekitarnya tidak dapat dipercaya, sehingga sulit untuk membentuk hubungan yang sehat dengan orang lain. Akibatnya, interaksi sosial mereka pun cenderung negatif.  


3. Munculnya Perilaku Agresif 

Anak-anak yang menyaksikan kekerasan tanpa ada intervensi dapat mengembangkan perilaku agresif. Mereka mungkin menganggap kekerasan sebagai hal yang normal dan menirunya, baik untuk mendominasi, melakukan intimidasi, atau bahkan melakukan kekerasan di sekolah.  


4. Depresi atau PTSD

Trauma akibat tumbuh dalam lingkungan penuh kekerasan dapat menyebabkan anak mengalami depresi atau gangguan stres pascatrauma (PTSD) di masa dewasa. Gejala seperti kesedihan, gangguan konsentrasi, hingga perasaan putus asa sering dialami oleh anak-anak yang tidak mendapatkan penanganan trauma dengan baik.  


Mengatasi Trauma pada Anak Korban Kekerasan 


Anak-anak yang mengalami atau menyaksikan kekerasan sering kali menghadapi trauma mendalam. Kondisi mental mereka yang belum stabil membuat mereka lebih rentan terguncang saat menghadapi tekanan. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan orang tua untuk membantu anak menghadapi trauma:  


1. Memberikan Rasa Aman  

Anak yang mengalami trauma sering merasa lingkungannya tidak aman. Orang tua perlu membangun rasa aman dengan memberikan perhatian dan kasih sayang. Pastikan Anda selalu ada untuk anak dan yakinkan mereka bahwa situasi akan membaik. Dengan begitu, kecemasan anak dapat berkurang.  


2. Mendorong Anak Tetap Bersosialisasi 

Memberikan rasa aman bukan berarti melarang anak berinteraksi dengan teman-temannya. Meski ada kekhawatiran orang tua terhadap keselamatan anak, membatasi sosialisasi justru dapat membuat anak merasa kesepian dan terisolasi. Dorong anak untuk bermain dan bergaul di bawah pengawasan yang bijak.  


3. Mengalihkan Perhatian dengan Kegiatan Positif

Ajak anak melakukan kegiatan yang mereka sukai, seperti bermain sepak bola, melukis, atau memasak. Aktivitas ini dapat membantu mengalihkan pikiran anak dari pengalaman traumatis dan membangun kembali energi positif dalam diri mereka.  


4. Meminta Bantuan Profesional 

Jika trauma anak sulit diatasi, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater. Ahli profesional dapat memberikan penanganan yang tepat dan membantu anak mengatasi trauma secara efektif. Dalam proses ini, orang tua juga akan dilibatkan untuk memahami cara terbaik mendukung anak.  


Dengan perhatian dan penanganan yang tepat, anak-anak korban kekerasan dapat pulih dari trauma dan tumbuh menjadi individu yang sehat secara mental dan emosional.  


All rights Reserved © RSUD dr. M. Haulussy Ambon, 2024

Made with   by  RSUD dr. M. Haulussy Ambon